Dunia Digital Bikin Kita Cepat Capek: Tapi Gak Bisa Lepas
Pict. labibalwasi.com - Lelah digital itu nyata



Lelah Digital Itu Nyata

Kita bangun tidur, buka mata, langsung cek HP. Entah ada notifikasi dari grup WhatsApp keluarga, email kerjaan, atau sekadar scroll Instagram buat "pemanasan". Hari belum mulai, tapi otak udah kebanjiran informasi.

Di zaman ini, lelah bukan cuma karena kerja berat atau kurang tidur. Tapi karena terlalu lama terhubung. Terhubung ke internet, ke sosial media, ke ratusan orang yang bahkan kita gak kenal dekat.

Dan anehnya, kita capek… tapi gak bisa lepas. Kayak hubungan toxic, tahu gak sehat, tapi susah banget buat mutusin.



Kenapa Kita Cepat Capek di Era Digital?

1. Informasi Terlalu Banyak

Zaman dulu, kalau mau tahu berita, kita nunggu koran pagi. Sekarang? Satu swipe di Twitter bisa kasih kita berita dari lima negara dalam lima detik. Otak kita gak didesain buat nerima informasi sebanyak itu dalam waktu secepat ini.


Tiap hari kita konsumsi:

  • Chat pribadi dan grup
  • Notifikasi aplikasi
  • Story teman
  • Thread Twitter soal konflik global
  • Video kucing vs video perang

Dan semua itu campur aduk di satu layar kecil. Capek? Jelas.


2. FOMO (Fear of Missing Out)

Kita takut ketinggalan update. Takut gak tahu tren terbaru. Takut gak komen di momen penting. Maka kita terus buka HP, refresh feed, cek story orang, scroll sampai subuh.

Padahal, semakin kita pengen update terus, semakin capek mental kita. Kita kayak dikejar-kejar informasi yang gak pernah selesai.

3. Otak Gak Dikasih Waktu Istirahat

Setiap jeda, kita buka HP. Lagi nunggu gojek, buka TikTok. Lagi nunggu download, scroll IG. Otak gak pernah bener-bener “off”. Padahal, istirahat mental itu penting banget buat ngatur emosi dan pikiran.



Tapi Kenapa Kita Gak Bisa Lepas?

Karena Dunia Digital Udah Jadi Realita

Zaman dulu, hidup itu nyata yang digital cuma tambahan. Sekarang, dunia digital udah jadi tempat kita kerja, ngobrol, cari hiburan, bahkan cari jodoh.


Lepas dari digital artinya:

  • Ketinggalan informasi
  • Dianggap “hilang” sama teman-teman
  • Kehilangan peluang kerja/uang
  • Kudet dan gak relevan

Dan itu semua bikin kita ngerasa takut. Bukan takut gak update, tapi takut dianggap gak ada.


Karena Semua Dirancang Bikin Ketagihan

Aplikasi sekarang bukan cuma tools, tapi sistem yang dirancang buat bikin kita terus balik.

  • Notifikasi merah bikin kita penasaran
  • Scroll tak berujung bikin kita lupa waktu
  • Algoritma tahu kita suka apa, dan kasih itu terus

Jadi bukan salah kamu kalau susah lepas. Emang semua itu dibikin supaya kamu kecanduan.



Haruskah Kita Offline Sekarang?

Offline total mungkin gak realistis, apalagi kalau kerjaan kamu digital. Tapi bukan berarti kita gak bisa ngatur.

Beberapa hal kecil yang bisa bantu:

  • Matikan Notifikasi yang Gak Penting — Notifikasi adalah gangguan digital paling dasar. Filter mana yang benar-benar penting.
  • Set Waktu Khusus untuk Konsumsi Sosial Media — Misalnya: buka Instagram cuma 30 menit sore hari.
  • Terapkan ‘Digital Sabbath’ — Sehari dalam seminggu, coba untuk lepas dari internet. Mungkin Minggu.
  • Ganti Scroll dengan Aktivitas Nyata — Jalan kaki, gambar, ngobrol langsung, atau tidur siang. Asal bukan di layar.
  • Sadari Bahwa Offline Bukan Hilang — Offline itu juga bagian dari perawatan diri.

Menutup dengan Jujur

Gue nulis ini bukan karena gue udah “berhasil” lepas dari dunia digital. Gue juga masih sering kejebak scroll TikTok sampe subuh, masih sering ngerasa kosong setelah buka Twitter, masih sering ke-FOMO-an karena gak update soal tren.


Tapi gue belajar satu hal: Lelah digital itu valid. Dan kita semua ngerasain, tapi jarang ngomongin.


Kalau kamu ngerasa capek tanpa tahu kenapa, bisa jadi bukan karena kerjaan. Tapi karena otak dan hati kamu gak dikasih jeda dari keramaian digital.

Lepas total mungkin gak bisa. Tapi kita bisa mulai dari satu hal kecil: sadar, dan pelan-pelan nyari ruang buat bernapas.

Categories: Teknologi

Leave a Reply

Berkomentarlah dengan bijak dan sopan, mari kita budayakan bertutur kata yang baik dan saling menghormati. Mohon maaf komentar Anda yang tidak memenuhi kriteria tersebut akan Kami hapus. Bila Anda ingin memberikan saran, kritik, masukan yang membangun, dan memberikan tambahan materi. Jika ada kekurangan pada artikel yang sedang dibahas dengan senang hati dipersilakan, terima kasih.