
Sukses di Komputer Tapi Gagal Taklukan Smartphone
Diterbitkan pada 11 Agustus 2025 oleh Bustanul Labib ALwasi
Intel adalah nama yang identik dengan dunia komputer. Selama puluhan tahun, prosesor Intel menjadi otak bagi miliaran PC di seluruh dunia. Namun, di balik kesuksesan luar biasa di ranah komputer pribadi, ada satu bab kelam yang jarang dibanggakan: kegagalan mereka untuk menaklukkan pasar smartphone. Padahal, pasar ini tumbuh pesat dan menghasilkan keuntungan besar bagi pesaingnya seperti Qualcomm, Apple, dan MediaTek.
Artikel ini akan mengulas perjalanan Intel: dari puncak kejayaan di dunia PC, langkah-langkah yang mereka ambil untuk masuk ke smartphone, kesalahan strategis yang membuat mereka tersingkir, hingga pelajaran penting bagi dunia bisnis dan teknologi.
1. Kejayaan Intel di Dunia Komputer
Sejak diperkenalkannya arsitektur x86 pada akhir 1970-an, Intel menjadi penguasa pasar prosesor untuk komputer pribadi. Kolaborasi erat dengan Microsoft melalui ekosistem “Wintel” menjadikan Intel tak tertandingi di dekade 1990-an hingga awal 2000-an. Prosesor mereka seperti Pentium, Core 2 Duo, hingga Core i-series menjadi standar emas di industri.
Keuntungan Intel dari pasar PC sangat besar, dengan margin laba kotor yang sering berada di atas 60%. Hal ini menciptakan rasa aman dan percaya diri bahwa dominasi mereka akan sulit digoyang.
2. Munculnya Revolusi Smartphone
Awal 2007, Apple meluncurkan iPhone, diikuti oleh gelombang ponsel pintar berbasis Android. Dalam waktu singkat, smartphone mengubah cara manusia berkomunikasi, bekerja, dan mengonsumsi informasi. Pasar PC mulai stagnan, sementara penjualan smartphone meroket.
Namun, di balik euforia ini, Intel agak lambat menyadari besarnya ancaman sekaligus peluang. Mereka fokus mempertahankan pasar PC sambil sesekali mencoba masuk ke segmen mobile.
3. Upaya Intel Memasuki Pasar Mobile
Intel memiliki beberapa upaya signifikan untuk masuk ke dunia smartphone:
- Proyek Moorestown (2010): Chip berbasis arsitektur x86 yang dirancang untuk perangkat mobile. Namun, konsumsi daya terlalu tinggi dibanding ARM.
- Platform Medfield (2012): Diluncurkan untuk ponsel Android, dengan kemitraan bersama Lenovo, Motorola, dan ZTE. Sayangnya, performa dan efisiensi baterai kalah dibanding chip ARM dari Qualcomm dan MediaTek.
- Pengambilalihan Infineon Wireless Solutions (2011): Bertujuan memperkuat kemampuan modem seluler. Namun integrasi teknis dan budaya perusahaan memakan waktu terlalu lama.
4. Mengapa Intel Gagal?
Kegagalan Intel di smartphone bukan hanya soal teknologi, tetapi kombinasi faktor strategis dan eksekusi:
- Terlambat Masuk: Saat Intel serius mengembangkan chip mobile, ARM sudah mendominasi pasar dan ekosistemnya matang.
- Konsumsi Daya Tinggi: Arsitektur x86 tidak seefisien ARM dalam hal daya, yang krusial di smartphone.
- Kurang Fokus: Intel masih memprioritaskan PC dan server, sehingga sumber daya untuk mobile terbatas.
- Ekosistem & Dukungan: Developer lebih nyaman dengan platform ARM, membuat porting aplikasi ke x86 mobile memakan biaya dan waktu.
5. Dampak Kegagalan Ini
Akibat kegagalan menembus pasar smartphone, Intel kehilangan kesempatan untuk menguasai pasar chip bernilai miliaran dolar per tahun. Qualcomm, MediaTek, dan Samsung Exynos menjadi penguasa pasar, sementara Apple mengembangkan chipnya sendiri (seri A) untuk iPhone dan iPad.
Pangsa pasar Intel di mobile tetap di bawah 1%, dan pada 2016, mereka secara resmi menghentikan pengembangan prosesor untuk smartphone, mengakui kekalahan mereka.
6. Pelajaran Penting dari Kisah Ini
Dari kegagalan ini, ada beberapa pelajaran bisnis yang bisa diambil:
- Adaptasi Cepat: Perusahaan teknologi harus cepat beradaptasi dengan perubahan tren pasar.
- Fokus Sumber Daya: Memasuki pasar baru membutuhkan komitmen penuh, bukan hanya proyek sampingan.
- Teknologi Tepat Sasaran: Keunggulan di satu segmen tidak menjamin sukses di segmen lain, terutama jika kebutuhan teknis berbeda.
- Ekosistem Itu Penting: Dominasi teknologi seringkali ditentukan oleh dukungan ekosistem, bukan hanya spesifikasi teknis.
7. Intel Pasca-Kegagalan Mobile
Setelah keluar dari pasar smartphone, Intel mengalihkan fokus ke data center, AI, dan IoT. Mereka juga berusaha masuk kembali ke pasar mobile secara tidak langsung melalui modem 5G, meski akhirnya menjual divisi modem mereka ke Apple pada 2019.
Di era sekarang, Intel juga menghadapi tantangan besar di pasar PC dari AMD dan ancaman chip berbasis ARM di laptop, seperti Apple M1/M2.
8. Apakah Ada Peluang Comeback?
Intel masih memiliki sumber daya dan keahlian teknologi yang besar. Namun, untuk kembali ke pasar smartphone, mereka harus menemukan strategi unik yang tidak hanya bersaing dalam performa, tetapi juga menawarkan diferensiasi yang jelas.
Pasar yang mungkin lebih realistis bagi Intel adalah perangkat wearable, edge computing, atau kolaborasi dengan produsen mobile untuk segmen khusus seperti gaming handheld.
Kesimpulan
Kisah Intel adalah contoh nyata bahwa bahkan raksasa teknologi pun bisa gagal jika terlambat membaca perubahan pasar dan terlalu percaya pada kekuatan lama. Keberhasilan di satu era tidak menjamin kesuksesan di era berikutnya. Intel tetap menjadi pemain besar di banyak bidang, tetapi kegagalan di smartphone akan selalu menjadi pelajaran berharga bagi industri teknologi.