
Mengapa iPhone sulit bersaing di India
Diterbitkan pada 11 Agustus 2025 oleh Bustanul Labib Alwasi
India adalah pasar smartphone terbesar kedua di dunia, dengan ratusan juta pengguna aktif dan potensi pertumbuhan yang sangat besar. Namun, meskipun Apple adalah salah satu merek teknologi paling terkenal di dunia, iPhone menghadapi tantangan besar di India. Penjualan iPhone di negara ini hanya menguasai sebagian kecil pangsa pasar, kalah telak dari smartphone berbasis Android yang membanjiri pasar dengan harga terjangkau dan fitur menarik.
Alasan-alasan Iphone sulit bersaing di India. Kita akan melihat faktor harga, preferensi konsumen, persaingan merek Android, hingga strategi Apple di pasar India, semuanya dengan analisis yang mendalam.
1. Harga Tinggi dan Sensitivitas Pasar India
Harga adalah faktor terpenting yang membatasi penetrasi iPhone di India. Pendapatan per kapita di India jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara Barat. Menurut data Bank Dunia, pendapatan rata-rata tahunan per kapita India pada 2024 sekitar USD 2.600 (sekitar Rp40 juta). Bandingkan dengan harga iPhone terbaru yang bisa mencapai USD 1.200 (sekitar Rp19 juta) di India setelah pajak dan margin distribusi. Artinya, harga satu unit iPhone bisa sama dengan setengah hingga tiga perempat pendapatan tahunan sebagian besar warga India.
Berbeda dengan pasar di Amerika atau Eropa, di India mayoritas pembeli smartphone mengalokasikan anggaran di bawah ₹20.000 (sekitar Rp3,8 juta). Produk-produk Android di segmen ini sangat banyak dan menawarkan spesifikasi yang menarik. Akibatnya, iPhone hanya relevan untuk kalangan yang memang memiliki daya beli tinggi — jumlahnya jauh lebih kecil dibanding pasar massal.
2. Pajak Impor dan Biaya Produksi
Untuk waktu yang lama, iPhone dijual di India dengan harga yang lebih tinggi dibanding pasar global karena harus membayar tarif impor sekitar 20%–22% untuk perangkat elektronik yang tidak diproduksi secara lokal. Apple baru memulai perakitan iPhone di India beberapa tahun terakhir melalui mitra seperti Foxconn dan Wistron. Meski ini menurunkan sebagian biaya, model terbaru sering kali masih diimpor sehingga harganya tetap tinggi.
3. Dominasi Merek Android
Brand seperti Xiaomi, Realme, Oppo, Vivo, dan Samsung sangat agresif di India. Mereka merilis model baru hampir setiap kuartal, menargetkan berbagai segmen harga, dan memanfaatkan tren lokal seperti kamera resolusi tinggi, baterai jumbo, dan desain warna yang menarik. Selain itu, merek-merek ini memiliki jaringan distribusi offline yang masif, termasuk di kota-kota kecil dan pedesaan, area yang belum sepenuhnya dijangkau Apple.
4. Preferensi Fitur Lokal
Pengguna India cenderung mengutamakan fitur-fitur seperti:
- Dual-SIM fisik: Banyak pengguna India mengandalkan dua kartu SIM untuk memanfaatkan tarif murah antar-operator.
- Baterai besar: Daya listrik yang tidak selalu stabil membuat baterai 5.000mAh menjadi standar yang disukai.
- Fast charging: Waktu pengisian yang singkat sangat dihargai, bahkan pengisian 65W atau 100W sudah tersedia di Android mid-range.
Sementara itu, iPhone hanya menawarkan satu slot SIM fisik (plus eSIM di model terbaru) dan kapasitas baterai yang relatif kecil, meski manajemen dayanya efisien. Fitur fast charging iPhone juga tertinggal dari pesaing Android di segmen harga yang lebih rendah.
5. Strategi Ekosistem Apple Kurang Relevan
Apple mengandalkan ekosistem tertutup yang kuat, seperti integrasi iMessage, FaceTime, dan perangkat lain seperti MacBook atau iPad. Namun, di India, penetrasi produk Apple di luar iPhone masih sangat kecil. Kebanyakan pengguna smartphone tidak memiliki perangkat Apple lain, sehingga keunggulan ekosistem tersebut tidak terasa signifikan. Sebaliknya, ekosistem Android yang terbuka dan kompatibel dengan berbagai merek lebih fleksibel bagi pengguna.
6. Minimnya Layanan Purna Jual yang Terjangkau
Servis resmi Apple di India terbatas pada kota-kota besar, dan biaya perbaikan sangat mahal. Mengganti layar iPhone bisa menghabiskan lebih dari setengah harga perangkat baru. Hal ini membuat banyak orang ragu membeli iPhone karena khawatir biaya perbaikan jika rusak akan membebani mereka.
7. Opsi Pembiayaan dan Trade-in
Apple telah memperkenalkan opsi cicilan dan trade-in di India, tetapi seringkali persyaratannya lebih ketat dan harga tukar ponsel lama kurang kompetitif dibandingkan program dari merek Android. Selain itu, banyak pengguna lebih nyaman membeli ponsel secara tunai atau dengan skema kredit lokal dari toko fisik, yang lebih akrab bagi mereka.
8. Pesaing di Segmen Premium
Segmen premium di India memang kecil, tapi tetap ada persaingan ketat. Samsung dengan seri Galaxy S dan Z Fold/Flip berhasil menarik pembeli yang menginginkan inovasi seperti layar lipat. OnePlus juga berhasil memikat konsumen premium-murah dengan flagship killer mereka. iPhone harus bersaing bukan hanya dengan Android murah, tapi juga Android flagship dengan fitur lebih futuristik.
9. Perubahan Strategi Apple
Apple tampaknya sadar dengan tantangan ini. Perakitan lokal iPhone di India meningkat, beberapa model lawas dijual dengan harga lebih rendah, dan Apple Store fisik resmi mulai dibuka di Mumbai dan Delhi pada 2023. Namun, meskipun langkah ini positif, butuh waktu lama untuk mengubah persepsi pasar dan memperluas basis pengguna.
10. Prospek ke Depan
Dengan pertumbuhan ekonomi India dan naiknya kelas menengah, potensi pasar iPhone tetap besar. Namun, Apple harus menyeimbangkan antara mempertahankan citra premium dan menyesuaikan diri dengan realitas pasar lokal. Pilihan seperti menghadirkan model “iPhone SE” dengan harga lebih terjangkau, memperluas layanan purna jual, dan mengadopsi fitur yang relevan secara lokal bisa menjadi kunci.
Kesimpulan
Alasan iPhone kurang laku di India bukan hanya karena harga, tapi juga kombinasi dari faktor ekonomi, preferensi konsumen, strategi pesaing, dan keterbatasan layanan Apple. Meskipun demikian, Apple tetap memiliki peluang untuk meningkatkan pangsa pasar di India jika mampu beradaptasi tanpa mengorbankan identitas brand-nya.
Posting Komentar